Poto Prom Paloe dan sebuah Apologi Pengantar

Kami –saya dan Edi, bukanlah fotografer. Lebih tepat sebagai penikmat foto dan fotografi sebagai seni dan proses, dua anasir yang rasanya belum terepresentasi dengan baik dari foto-foto bidikan kami dibawah.

Bekal awalnya tema, suka jalan-jalan, teman. Teman? Itu karena untuk pemotretan pun kami pakai kamera saku digital pinjaman. Proses hunting dilakukan setelah sebuah petang yang cerah medio 2007 mempertemukan saya dengan kata “Cave” dipapan nama sebuah warung di tempat wisata bernuansa bahari dikota Palu, Taman Ria.

Sedikitnya saya tahu maksud sebenarnya adalah CafĂ© (Prancis) yang berasosiasi pada makna Kopi, tanpa tanda petik diatas huruf e juga biasanya ditambah “taria” (Inggris), Kafe dalam bahasa Indonesia, sebagai tempat minum, warung. Antara ragu dan lucu, saya mencoba memahami arti harfiah dan konteks kata Cave yang dalam bahasa Inggris artinya Gua itu ditera.

Tendensi dari foto-foto yang kami kumpulkan selama hampir setahun itu adalah bukan pada persoalan salah-benar. Kami berusaha tak berada di isu absolut yang hitam-putih itu. Kami memilih isu lain yang lebih dinamis, sebagai gejala bahasa –juga sosial, bagaimana bahasa diperlakukan, dimaknai sedemikian rupa, ekspresif, berharap hadirnya dampak komunikatif bahasa sebagai penanda. Tentu ganjil membaca “Perdjoeangan” saat sekarang. Di zaman revolusi fisik tulisan itu tepat. Isu lainnya adalah “membaca kota” (foto-foto dibawah berada dikota Palu. Satu foto dengan judul “Husus” berada di Donggala).

Ada banyak motif yang dapat dijadikan asumsi untuk melihat foto-foto dibawah itu sebagai fenomena. Buat kami beberapa yang bisa diajukan adalah pengaruh bahasa Inggris (lihat Stupit Lop, Jilatlah Pertanyaanku, Warning! Salman Rushdie, Mike Up, dll), bahasa daerah (lihat Penganting, Menerimah, dll), atau motif-motif lainnya yang ikut mempengaruhi. Menurut sastrawan Remy Sylado 9 dari 10 kata bahasa Indonesia adalah bahasa asing. (P. Ari Subagyo, Masalah Utama Bahasa Indonesia, Kompas 03/05/08).

Salah-benar dalam penggunaan bahasa (baca penulisan kata dan tanda baca, juga informasi) menurut kami rasanya lebih tepat ketika membahasnya pada misalnya, media massa khususnya cetak. Kesalahan-kesalahan tulis yang masih sering terjadi dan mengganggu aktivitas membaca. Sebuah koran lokal pernah menampilkan foto petenis Maria Sharapova. Inset sebagai keterangan foto Sharapova itu ditulis Serena Williams. Atau berita korupsi tentang penggunaan dana Block Grant yang ditulis menjadi Blok Grand. Sudah asing, salah pula.

Awalnya tema, jalan-jalan, teman. Tanpa pameran. Belum berniat untuk dipublikasikan. Pameran butuh dana. Paling tidak buat biaya cetak foto dan buat pigura. Sumberdaya kami terbatas. Untungnya teknologi membantu. Foto hasil kamera digital bisa langsung dipindahkan ke komputer dan diubah sekenanya dengan software bawaan pengolah gambar yang juga belum lanjutan (Paint), itupun hanya untuk perubahan skala ukuran gambar agar tak berat disimpan ke flashdisk. Masih teknologi, internet menyediakan fasilitas untuk membuat foto-foto itu bisa diakses. Lalu muncul ide pameran. Kami numpang akses internet (lagi-lagi teman) untuk upload foto-foto itu ke internet. Kami sadar, teknologi pun terbatas. Terutama soal akses orang-orang pada internet.

Akhirnya terima kasih kami buat Ivan Maranua dan Sadek yang tustelnya seringkali kami pinjam buat hunting. Lalu Yaya Qzruh untuk akses internet gratis. Tak lupa buat teman-teman di Maret Management di Ketapang dan teman-teman lain yang sudah bertukar pikiran, juga informasi berkaitan dengan foto-foto itu. Terakhir, buat anda, teman kami juga tentunya, yang telah mengunjungi weblog ini. Sekali lagi terima kasih.


Salam,

Edi Kemput & Neni Muhidin

POTO PROM PALOE

Neni Muhidin, Judul: Pemele Pece Pecel Lele (Where are you Mr. Badudu?), Lokasi: Taman Ria

----


Neni Muhidin, Judul: Kumaha Lamun B for Rool, Lokasi: Depan Mesjid Raya Lolu

----


Neni Muhidin, Judul: Black Amplipayer, Lokasi: Jln. Beringin

----




Neni Muhidin, Judul: Shoting Edyting Kriting, Lokasi: Jalan Anoa


----



Neni Muhidin, Judul: Untung Bukan Nama Perusahaan, Lokasi: Jalan Garuda


---


Neni Muhidin, Judul: Trevel, Lokasi: Yos Sudarso, Talise


----


Neni Muhidin, Judul: Texsas, Lokasi: LP Petobo


----


Neni Muhidin, Judul: Stupit Lop, Lokasi: Bundaran Nasional


----


Neni Muhidin, Judul: Tampal, Lokasi: Jalan Hasanudin


----


Edi Kemput, Judul: Husus, Lokasi: Rumah Makan Lestari, Donggala

----


Edi Kemput, Judul: Securty, Lokasi: Jembatan Teluk Palu

----


Neni Muhidin, Judul: Sova, Lokasi: Jalan Tanjung Satu

----


Neni Muhidin, Judul: Gua?, Lokasi: Taman Ria

----


Neni Muhidin, Judul: Warning! Salman Rushdie, Lokasi: Perempatan Hotel Wisata

----


Neni Muhidin, Judul: Mike Up, Lokasi: inset (Pasar Masomba)

----


Neni Muhidin, Judul: Penganting, Lokasi: Jalan Tanjung Manimbaya, Masomba

----


Edi Kemput, Judul: Jolmbo, Jombol, Lokasi: Dolo

----


Neni Muhidin, Judul: Sub Uenak, Lokasi: Jalan Tanjung Tururuka

----


Edi Kemput, Judul: Komlex, Lokasi: BTN Karanjalemba

----


Neni Muhidin, Judul: Menerimah Koost Murah Hah, Lokasi: Tondo

----


Neni Muhidin, Judul: Reinase, Lokasi: Jalan Walikota

----


Neni Muhidin, Judul: Dinging, Lokasi: Pasar Masomba

----


Neni Muhidin, Judul: Sampa, Lokasi: Jalan Tanjung Pesik

----


Neni Muhidin, Judul: Froblem, Lokasi: Jalan Tanjung Satu

----


Edi Kemput, Judul: Jilatlah Pertanyaanku, Lokasi: seputaran jalan Gunung Loli

---